Langsung ke konten utama

Kisah Theodore Rachmat

Biografi Theodore Rachmat
Mengenai biografi dan profilnya, Nama lengkapnya adalah Theodore Permadi Rachmat. Ia merupakan pengusaha keturunan Tionghoa dengan nama asli Oei Giok Eng. Ia lahir di Majalengka pada tanggal 15 Desember 1943. Ayahnya bernama Raphael Adi Rachmat dan ibunya bernama Agustine.
Masa Kecil
Ia akrab dipanggil dengan nama Teddy Rachmat. Walaupun lahir di Majalengka, Theodore Rachmat menghabiskan masa kecil serta sekolahnya di kota Bandung.
Ayahnya berprofesi sebagai pedagang mengembangkan usahanya di Bandung sehingga ia membawa teddy beserta ibu dan saudaranya pindah kesana.
Lahir dari keluarga berkecukupan, Teddy atau Theodore Rachmat memulai pendidikannya di SD Indonesia-belanda yang kebanyakan siswanya berasal dari memiliki kehidupan ekonomi yang berkecukupan.
Fasih Berbahasa Belanda
Di sekolah ini pula, Teddy bisa berbahasa Belanda, ia pun hingga saat ini masih fasih berbahasa Belanda. Ia juga termasuk salah satu murid yang cukup cerdas dan selalu masuk dalam rangking 10 besar di kelasnya.
Setelah tamat SD, Theodore Rachmat kemudian masuk di SMP dan SMA Katolik, Alloysius. Di SMP, Teddy termasuk salah satu murid yang cerdas dan sering masuk dalam tiga besar dikelasnya.
Di SMA, ia menyukai banyak pelajaran dan sering membaca buku yang berhubungan dengan ekonomi bisnis, filsafat, religi serta hukum. Meskipun dikenal sering bermain-main, ia masih masuk di peringkat 10 besar di kelasnya.
Tamat dari SMA, Theodore Rachmat kemudian melanjutkan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Mesin. Ia lulus pada tahun 1968 dan menjadi salah satu lulusan tercepat di jurusannya.
Bekerja di Astra
Selepas tamat dari ITB, di tahun itu juga, Teddy bekerja di PT Astra milik pamannya William Soeryadjaya. Meskipun pamannya tersebut merupakan orang nomor satu di PT Astra, Theodore Rachmat memulai karirnya dari nol yakni sebagai sales PT Astra.
Ketika bergabung, PT Astra ketika itu baru saja mulai berkembang dan masih sangat kecil. Kantor Astra ketika itu berupa garasi di jalan Juanda III no 11.
Karyawan Astra saat itu masih berjumlah 16 orang termasuk Theodore Rachmat. Disini ia membantu pamannya dalam mengembangkan anak perusahaan milik Astra ketika itu.
Theodore Rachmat sempat mendirikan perusahaan kontruksi bernama PT Porta Nigra bersama dengan saudaranya pada tahun 1970. Dan kemudian magang disebuah perusahaan asal Belanda bernama Gevehe B.
Mengelola United Tractors
Setelah magang, Teddy kemudian menjadi sales alat-alat berat di Allis Chalmers Astra dan mengelola United Tractors anak usaha PT Astra di tahun 1972 dengan modal $500.000.
Di tahun itu juga, kinerjanya yang bagus membuat Teddy diangkat sebagai direktur PT Astra Honda Motor. Disinilah kemudian karir dari seorang Theodore Rachmat mulai menanjak.
Direktur PT Astra Honda Motor Hingga CEO Grup Astra
Kemampuan manajemennya yang bagus membuat ia ditunjuk sebagai Presiden Direktur PT Astra Internasional pada tahun 1984 hingga menjadi CEO Grup Astra Internasional.
Dibawah kendali Theodore Rachmat, Grup Astra berubah menjadi perusahaan konglomerasi dengan ratusan anak perusahaan nyang menggurita di berbagai sektor bisnis.
Pertumbuhan bisnis Grup Astra dibawah kepemimpinannya menanjak dengan pesat. Kemampuan manajerial Theodore Rachmat juga patut diancungi jempol.
CEO Terbaik di Indonesia
Teddy percaya bahwa Sumber Daya Manusia merupakan modal terpenting dalam mencetak pemimpin-pemimpin baru yang top dalam grup Astra disertai dengan membangun kultur yang baik dalam perusahaanya. Sehingga wajar ia mendapatkan penghargaan sebagai CEO terbaik di Indonesia oleh majalah SWA.
Kinerja Grup Astra yang bagus dibawah kendalinya, membuat pemilik Grup Astra yang juga pamannya ketika itu William Soeryadjaya memberikan porsi saham perusahaan sebanyak 5 persen.
Mendirikan PT Tripel A Jaya
Sejak saat itu Theodore Rachmat mulai mendirikan satu demi satu perusahaan sendiri berkat modal yang diberikan oleh pamannya. Teddy mendirikan perusahaan Induk bersama istrinya Like Rani Imanto dengan nama PT Tripel A Jaya pada tahun 1979.
Berbekal kemampuan manajemen yang handal, perusahaan tersebut tumbuh pesat dengan berbagai macam unit-unit usaha. Model bisnis yang dilakukan oleh Theodore Rachmat adalah mendirikan perusahaan Induk dan Pribadi.
Perusahaan Induk yang ia dirikan seperti PT Tripel A Jaya mewakili kepemilikan usahanya dalam grup Astra. Sementara untuk pribadi yaitu sebagai bentuk investasi mereka.
Salah satu keputusan yang disesali oleh Theodore Rachmat dalam perjalanan bisnisnya adalah tidak membeli Astra ketika perusahaan tersebut dihantam krisis moneter pada tahun 1998.
Walaupun begitu, Theodore Rachmat sempat mendirikan perusahan Adira dan kemudian ia jual kepada bank Danamon sebagai tambahan modal dalam membangun grup bisnisnya.
Mendirikan Grup Truputra
Akhirnya, setelah perusahaan yang dibangun oleh Teddy sudah mulai tumbuh pesat, Teddy memutuskan keluar dari Astra dan pada tahun 1998 dan mendirikan perusahaan sendiri dengan nama Grup Triputra yang memiliki berbagai anak perusahaan di bidang energi, manufaktur, agroindustri dan dealer motor.
Grup Triputra milik Theodore Rachmat merupakan salah satu perusahaan yang paling berkembang pesat dengan nilai omset mencapai triliunan rupiah.
Orang Terkaya di Indonesia
Berkat usahnya tersebut, Theodore Rachmat kini menjadi salah satu dari jajaran orang terkaya di Indonesia. Kekayaan Theodore Permadi Rachmat ditaksir sebesar 21.4 triliun rupiah pada tahun 2017 versi Majalah Forbes.
Ia juga menjadi salah satu enterpreneur atau pebisnis paling sukses di Indonesia. Pembelajaran T.P Rachmat judul buku Teddy Rachmat yang berisi kisah atau pengalaman Teddy Rachmat dalam membangun Astra serta perusahaan miliknya disertai dengan konsep-konsep ilmu manajemen dalam membangun perusahaan.

Komentar

Kisah Pengusaha Lainnya

Kisah Bob Sadino

Biografi Bob Sadino Bob Sadino memiliki nama asli Bambang Mustari Sadino, lahir pada tanggal 9 Maret 1933 di Tanjung karang, Lampung. Ia lahir dari keluarga serba kecukupan sebagai anak bungsu dari lima bersaudara. Orang tuanya meninggal pada saat ia masih berusia 19 Tahun, ia dipercaya oleh keluarganya untuk mewarisi seluruh harta dari kedua orang tuanya, dengan alasan karna ia merupakan anak bungsu dan saudara-saudaranya sudah dinilai memiliki kehidupan yang mapan. Kehidupan Bob Sadino Dengan warisan dari orangtuanya, Bob sadino memanfaatkan setengah dari harta warisannya untuk pergi dan tinggal di Belanda selama kurang lebih 9 tahun. Disana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam. Tidak hanya bekerja, disana ia bertemu dengan seorang wanita Indonesia bernama Soelami Soejoed dan akhirnya ia nikahi. Pada tahun 1967, Bob sadino dan istrinya kembali ke Indonesia. Dari Belanda ke Indonesia, ia membawa dua mobil Mercendes buatan tahun 1960-an. Ia menjual satu unit mo...

Kisah Sandiaga Uno

Biografi Sandiaga Uno Pria yang bernama lengkap Sandiaga Salahudin Uno ini lahir di Rumbai, Pekanbaru, Riau pada tanggal 28 Juni 1969. Dia merupakan anak dari Razif Halik Uno dan Mein R. Uno. Ayahnya berasal dari Gorontalo. Hal ini bisa dilihat dari nama belakang Sandiaga yang bermarga Uno. Ayah Sandiaga pada awalnya bekerja sebagai karyawan di perusahaan Caltex di Riau, setelah tidak bekerja lagi, Ayah Sandiaga kemudian memboyong keluarganya ke Jakarta pada tahun 1970an. Pendidikan Sandiaga memulai pendidikannya di SD PKSD kemudian ke SMP 12 Wijaya Jakarta Selatan dan melanjutkan sekolahnya ke SMA Katolik. Sandiaga Uno merupakan sosok yang cerdas, hal ini terbukti ketika ia kuliah di Wichita State University di Kansas, Amerika, ia berhasil lulus dengan predikat Summa Cum Laude. Selepas lulus dari Wichita State University, ia kemudian bekerja di Bank Summa milik William Soeryadjaya. Karena kinerjanya yang cukup bagus di perusahaan, setahun kemudian ia menerima be...

Kisah Chairul Tanjung

Biografi Chairul Tanjung Chairul Tanjung lahir di Jakarta tanggal 16 juni 1962. Ayahnya bernama Abdul Ghafar Tanjung, dan berasal dari Sibolga, Sumatera Utara. Ayahnya merupakan seorang wartawan pada orde lama yang telah menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Sedang Ibunya bernama Halimah, seorang wanita keturunan Cibadak, Jawa Barat. Chairul Tanjung semasa muda hidup dalam keluarga yang sederhana dan tinggal bersama dengan enam saudara lainnya. Pada masa orde baru, ayahnya dipaksa tutup karena bersebrangan secara politik dengan penguasa saat itu. Keadaan ini membuat mereka tinggal di kamar losmen yang sempit. Pendidikan Chairul Tanjung bersekolah di SD Van Lith, Jakarta di tahun 1975. Kemudian melanjutkan sekolah menengahnya di SMP Van Lith, Jakarta, pada tahun 1978, yang kemudian melanjutkan bersekolah di SMA Negeri 1 Boedi Oetomo, Jakarta, di tahun 1981. Chairul Tanjung melanjutkan pendidikan kulliahnya di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia di tahun 1987...